Senin, 03 Oktober 2016

SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM CERITA I PENYU METALUH DI BIASE BAHASA BALI II

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas asungkertawaranugraha ida sang hyang whidi wasa karena berkat rahmatnya terselesaikan makalah ini dengan judul “I Penyu Metaluh di Biase”. I Penyu Metaluh di Biase merupakan salah satu cerita yang mengandung filosopy luar biasa, dimana di dalamnya terdapat penanaman karakter yang baik.
Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas cucuran keringat, serta bimbingan yang diberikan. Untuk itu beribu-ribu terima kasih penulis ucapkan kepada:
1.      Prof. Dr. Drs. I  Made Suweta, M.Si. yang telah membimbing penulis.
2.      Teman sejawat yang telah bersedia mendiskusikan, serta memberikan masukan terhadap penulisan ini.
3.      Keluarga yang serta merta mendukung penulis dalam perkuliahan.
Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada penulisan yang menyimpang, atau penulisan kata yang menyinggung perasaan. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 21 September 2015
Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1         Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2         Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3         Landasan Teori.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4
2.1.       Sinopsis Cerita/Ringkasan I Penyu Metaluh di Biase................... 4
2.2.       Sor Singgih Bahasa Bali Pada Cerita I Penyu Metaluh di Biase... 4

BAB III PENUTUP......................................................................................... 7
3.1.       Simpulan........................................................................................ 7
3.2.       Saran.............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8

LAMPIRAN.................................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Bercerita merupakan hal yang manarik. Banyak hal dapat diceritakan, baik cerita sehari-hari, cerita pengalaman baik itu pengalaman kerja, pengalaman yang menyenangkan. Beranjak dari bercerita, dahulu terdapat tradisi bercerita sebelum tidur yang dilakukan oleh orang tua untuk anaknya. Dalam cerita tersebut banyak sekali penanam karakter yang ada.
Penggunaan tata bahasa dalam cerita tersebut beragam. Maksudnya beragam adalah ditinjau dari tingkatan-tingkatan bahasa yang digunakan dalam bercerita tersebut. Biasanya bahasa ketika menceritakan karakter yang tinggi atau disegani dalam cerita tersebut menggunakan tingkatan bahasa yang lebih halus, ketimbang dengan bahasa yang digunakan untuk hewan, tumbuhan atau sesama manusia yang berkarakter rendah atau dalam tingkatan sama.
Di Bali terdapat tingkatan-tingkatan bahasa yang disebut dengan Sor Singgih Bahasa Bali. Berdasarkan tatacara pembentukan anggah-ungguhing basa Bali, maka yang paling mendasar untuk dipahami dalam ussaha meningkatkan kemampuan berbicara dengan bahasa Bali adalah perbedaan rasa bahasa kata-kata bahasa Bali. Berdasarkan rasa bahasanya kata-kata bahasa Bali dapat dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) kata alus; (2) kata mider; (3) kata andap; dan (4) kata kasar. (dalam http://julianatamanbali.blogspot.co.id/2012/02/anggah-ungguhing-basa-bali.html)

1.2.Rumusan Masalah
Apa yang menjadi rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan di jawab dalam pembahasan nanti. Untuk itu beberapa pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:
a.       Bagaimanakah ringkasan dari cerita I Penyu Metaluh di Biase?
b.      Apakah ada kata-kata dalam cerita I Penyu Metaluh di Biase yang mengandung Sor Singgih?

1.3. Landasan Konsep
Berikut beberapa teori tentang tingkatan Bahasa Bali atau Sor Singgih Bahasa Bali tersebut:
1.3.1.   Basa alus singgih
Kata Alus Singgih adalah kata alus yang pada umumnya digunakan untuk menghormati seseorang yang patut dihormati. Menurut Tinggen (dalam Sor Singgih Basa Bali : 3) Basa Alus singgih mangge ri tatkala matur-aur majeng ring wangsa sane tegehan utawi ring janma sane patut jungjungang/singgihang. Kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan makna yakni bahasa menjunjung orang yang patut dijunjung.

1.3.2.   Basa alus sor
Basa alus sor mangge ngandapang raga ri kala matur-atur ring wangsa sane tegehan utawi sane patut singgihang (Tinggen : 4). Basa alus sor adalah kata alus yang dapat digunakan untuk merendahkan diri ketika berbicara dengan orang yang lebih tinggi atau orang yang kita hormati.

1.3.3.   Basa alus madia
Basa alus madia merupakan tingkatan bahasa halus yang menengah. Menurut Tinggen (dalam Sor Singgih Bahasa Bali:4)  basa alus madia, marupa basa Bali alus sane wirasanipun tengah-tengah, dados mangge marep ring wangsa tegehan, sesamen triwangsa miwah wangsa andapan sane patut jungjungang, artinya tingkatan bahasa alus madia berupa tingkatan Bahasa Bali halus yang dalam tingkatan menengah, boleh dinggunakan untuk orang lebih tinggi, sesama triwangsa dan orang yang lebih rendah yang patut dihormati.

1.3.4.   Basa alus mider
Merupakan bahasa alus dalam tingkatan bahasa yang tidak ada kata yang menyamainya dalam tingkatan bahasa lainnya. Basa alus mider marupa basa alus sane ngiras kagunanipun ri ala mebabaosan marep ring wangsa sane teghan utawi ring wangsa andapan sane patut jungjungang (Tinggen:4).

1.3.5.   Basa kepara
Bahasa ini merupakan tingkatan paling bawah dalam tingkatan bahasa, karena tergolong kasar dan tidak menghormati orang lain. Bahasa ini digunakan ketika orang marah atau sedang bertengkar, tidak baik digunakan dalam sehari-hari. Mungkin saja dapat membuat salah pengertian oleh orang lain ketika menggunakan bahasa ini.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sinopsis Cerita/Ringkasan I Penyu Metaluh di Biase
 Cerita ini dimulai dari percakapan Ida Sang Prabu Airlangga untuk meminta Mpu Bharadah ke bali bertemu ayah beliau. Tujuan dari pertemuan tersebut ialah meminta restu untuk putra dari Ida Sang Prabu Airlangga untuk tinggal di Bali. Namun ketika Mpu Bharadah dalam perjalanan ke Bali ada rintangan dalam perjalan tersebut.
Kemudia Mpu Kuturan sudah mengetahui bahwa kedatangan anaknya. Kemudian beryogalah Mpu Kuturan agar memudahkan Mpu Bharadah dalam perjalanan tersebut. Awalnya air laut memenuhi goa tempat beryoganya Mpu Kuturan, sekejap surut dengan yoga beliau. Disanalah terjadi percakapan antara Mpu Kuturan dan Mpu Bharadah.
Mpu Bharadah membawa tiga butir telur untuk Mpu Kuturan, dipakailah untuk bermain tebak-tebakan telur tersebut dengan posisi telur yang diatas dan di bawah. Dimana Mpu Bharadah mengira telur yang diatas akan menjadi naga, kemudia Mpu Kuturan menganggap telur yang di bawah menjadi bedawang (penyu). Ternyata benar dugaan Mpu Kuturan, Mpu Bharadah pun duka, mengutuk penyu tersebut agar tidak bisa bertelur di air dan tidak bisa mengerami telurnya sendiri.

2.2.Sor Singgih Bahasa Bali Pada Cerita I Penyu Metaluh di Biase
2.2.1.   Basa Alus Singgih
Beberapa kata yang termasuk dalam cerita I Penyu Metaluh di Biase adalah sebebagai berikut:
a.       Ida sang diambil dari kata: dugase pemadegan Ida Sang Perabu Airlangga (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.      Kajanaloka diambil dari kata: sampun kejanaloka di jagate (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.       Ngentosin diambil dari kata : Jagi ngentosin keraton ida (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
d.      Idane diambil dari kata: ring rakan idane (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.       Keadegang diambil dari kata: jagi keadegang agung ring tanah bali (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )

2.2.2.   Basa alus sor
Berikut kata yang termasuk dalam tingkata alus sor:
a.       Tangkil diambil dari kata: tangkil ring rakan idane (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.      Metaken diambil dari kata:Empu Kuturan Metaken ring Empu Bharadag (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.       Mapesengan diambil dari kata: sane Mapesengan Jayengrane (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
d.      Kayun diambil dari kata: Sane alitan kayun idane jagi kaadegang(dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.       Lunga diambil dari kata: mangda lunga ke Bali (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )

2.2.3.   Basa alus madia
Dalam tingkatan bahasa yang menengah, dalam cerita tersebut ditemukan beberapa kata sebagai berikut:
a.       Sampun diambil dari kata: sampun kajanaloka di jagate (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.      Jagate diambil dari kata: Kejanaloka di jagate (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.       Kekalih diambil dari kata: maduwe puta kekalih (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
d.      Miwah diambil dari kata: Jayengrana miwah Javanegara (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
2.2.4.   Basa alus mider
Beberapa kata alus mider dalam cerita Penyu Metaluh di Biase, sebagai berikut:
a.       Ring diambil dari kata: Agung ring tanah bali  (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.      Meluab diambil dari kata: toyan segarane meluab nyantos bek (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.       Guane diambil dari kata: Meluab nyantos bek guane (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
d.      Naga diambil dari kata: Pacang dadi naga (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.       Paswecan diambil dari kata: jaga nunas paswecan Ida Empu Kuturan (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )

2.2.5.   Basa kepara
Bahasa kepara dalam cerita Penyu Metaluh di Biase ditemukan sebagai berikut:
a.       Tusing diambil dari kata:  (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.      Dadi diambil dari kata: pacang dadi naga(dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.       Siduur diambil dari kata: taluhe ane paling siduur(dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
d.      Sajan diambil dari kata: sajan lekad lantas taluh dadi bedawang (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.       Ento diambil dari kata: taluhe ento bakal dadi bedawang dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )





BAB III
PENUTUP

3.1.Simpulan
Adapun beberapa simpulan dari pembahasaan yang telah dibuat yakni sebagai berikut:
1.      Dalam penulisan cerita ternyata tingkatan bahasa tersebut tetap digunakan, hal ini memudahkan pembaca mengetahui isi karakter cerita tersebut. Bagi karakter yang menggunakan bahasa yang tinggi, tingkatan bahasa yang tinggi berarti karakter tersebut termasuk dalam karakter yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.
2.      Cerita Penyu Metaluh di Biase mengandung isi cerita dimana orang yang sudah kecewa akan dapat melalukan apapun demi melampiaskan kekecewaannya tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa Mpu Bharadah mengutuk penyu agar tidak bisa mengerami telurnya dan tidak bisa bertelur di dalam air.

3.2.Saran
Cerita merupakan cara untuk menanamkan karakter yang baik pada diri seseorang. Tidak ada cerita yang menceritakan bahwa kejahatanlah yang menang, atau karakter yang bodohlah yang lebih berkarakter tinggi. Untuk itu baik sekali jika cerita-cerita Bali tersebut kita lestarikan, sebagai wahana untuk pembentukan karakter yang baik, sesuai dengan apa makna yang terkandung dalam cerita Bali tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Dalu, I Buyut. 2009. Penyu Metaluh di Biase. Denpasar : CV. KAYUMAS AGUNG


Tinggen, I Nengah. 1994. Sor Singgih Bahasa Bali. Denpasar : RHIKA DEWATA
LAMPIRAN 1.
Penyu Metaluh di Biase

Dugase pemadegan Ida Sang Perabu Airlangga di panegara Medang Kamulan, Ida maduwe Bagawanta sane sampun kajanaloka di jagate, sane  mapesengan Empu Bharadah. Ida Empu Bharadah sampun ngasorang Calonarang wiadin Walunateng Dirah (Girah). Sawireh Ida Sang Perabu maduwe putra kekalih sane mapesengan Jayengrana miwah Javanegara sane jagi ngentosin Keraton Ida.

Sane alitan kayun idane jagi kaadegang agung ring tanah Bali. Punika makawinan Ida Sang Prabu ngutus Ida Empu Bharadah mangda lunga ke Bali Tangkil ring rakan idane sane mapasihin Empu Kuturan magenah ring Silayukti, jaga nunas paswecan Ida Empu Kuturan mangdane putran Ida Sang Prabu kaicen madeg di Bali. Ida Empu Bharadah ngalinggihin don keluih, done ento satsat jukung idane raris tedun ring Kapurancak. Gelisan satua saking Kapurancak ngeraris ida ke Silayukti. Ri sepengrawuh ida ring Silayukti raris kagoda rakan idane nanging Ida Empu Kuturan sampun uning sepengrawuh arin ida. Daweg punika toyan segarane meluab nyantos bek guane. Nanging Ida Empu Kuturan teleb ngemegehan yoga samadi, lantas yeh pasihe ento hilang uli di guane. Ngeraris ngogjoh Ida Empu Bharadah tangkil ring rakan idane.

Gelisan satua kemanggihin ida taluh tetelu. Taluhe ento lantas anggen ida sareng kalih macecimpedan. Mangkin Ida Empu Kuturan mataken ring arin ida, untuk panadian taluhe ane paling siduur. Kasaurin antuk ida Empu Bharadah, “taluhe punika pacang siduur dadi naga”. Mangkin Empu Bharadah metaken ring rakan ida. “unduk taluhe ane paling sibeten?”. Kasaurin antuk Ida Empu Kuturan, “taluhe ento bakal dadi bedawang”. Sajan lekad lantas taluhi ento dadi bedawang. Ento karanane duka Ida Empu Bharadah, kapastu lantas bedawang ento apang tusing dadi mataluh di yeh tur tusing bisa ngeem taluh.



LAMPIRAN 2.
Penyu Bertelor di Pasir

Ketika Ida Sang Prabu Airlangga menjadi raja di panegara Medang Kamulan, beliau memiliki Bagawanta yang sudah terkenal di mancanegara, yang bernama Empu Bharadah. Beliau sudah mengenalkan Calonarang atau Walunateng Dirah (Girah). Karena prabu memiliki dua putra, yang bernama Jayengrana jan Javanagara yang menunggu kraton beliau.
Putra yang lebih kecil akan diberikan kedudukan di tanah bali. Itulah kenapa sang prabu mengutus Ida Empu Bharadah untuk ke Bali meminta restu terhadap Empu Kuturan. Empu Bharadah ke Bali menggunakan Daun sebagai perahunya, sampailah beliau di kapurancak kemudian ke Silayukti. Kemudian di silayukti beliau mendapat godaan tetapi Empu Kuturan sudah mengetahui hal tersebut. Beryogalah Empu Kuturan sehingga halangan tersebut.
Empu Bharadah memberika tiga butir telur dalam pertemuan tersebut, telur tersebut dipakai tebak-tebakan. Bertanyalah Empu Kuturan kepada Empu Bharadah tentang telur yang paling atas. Empu Bharadah menjawab “telur tersebut akan menjadi naga”.  Bertanyalah Empu Bharadah kepada Mpu Kuturan untuk telur yang paling bawah, dijawab oleh Empu Kuturan telur tersebut akan menjadi Penyu, benarlah terjadi Penyu. Empu Bharadah duka kemudian di kutuklah agar penyu tersebut tidak bisa mengerami telurnya dan bertelur di pasir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar