KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan atas asungkertawaranugraha ida sang hyang whidi wasa
karena berkat rahmatnya terselesaikan makalah ini dengan judul “I Penyu Metaluh
di Biase”. I Penyu Metaluh di Biase merupakan salah satu cerita yang mengandung
filosopy luar biasa, dimana di dalamnya terdapat penanaman karakter yang baik.
Tidak
lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas cucuran keringat, serta bimbingan
yang diberikan. Untuk itu beribu-ribu terima kasih penulis ucapkan kepada:
1.
Prof. Dr. Drs.
I Made Suweta, M.Si. yang telah
membimbing penulis.
2.
Teman sejawat
yang telah bersedia mendiskusikan, serta memberikan masukan terhadap penulisan
ini.
3.
Keluarga yang
serta merta mendukung penulis dalam perkuliahan.
Penulis
meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada penulisan yang menyimpang, atau
penulisan kata yang menyinggung perasaan. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima
kasih.
Denpasar, 21 September
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................... I
DAFTAR
ISI................................................................................................... II
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3
Landasan Teori.............................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................ 4
2.1.
Sinopsis
Cerita/Ringkasan I Penyu Metaluh di Biase................... 4
2.2.
Sor Singgih Bahasa
Bali Pada Cerita I Penyu Metaluh di Biase... 4
BAB
III PENUTUP......................................................................................... 7
3.1.
Simpulan........................................................................................ 7
3.2.
Saran.............................................................................................. 7
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 8
LAMPIRAN.................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Bercerita
merupakan hal yang manarik. Banyak hal dapat diceritakan, baik cerita
sehari-hari, cerita pengalaman baik itu pengalaman kerja, pengalaman yang
menyenangkan. Beranjak dari bercerita, dahulu terdapat tradisi bercerita
sebelum tidur yang dilakukan oleh orang tua untuk anaknya. Dalam cerita
tersebut banyak sekali penanam karakter yang ada.
Penggunaan
tata bahasa dalam cerita tersebut beragam. Maksudnya beragam adalah ditinjau
dari tingkatan-tingkatan bahasa yang digunakan dalam bercerita tersebut.
Biasanya bahasa ketika menceritakan karakter yang tinggi atau disegani dalam
cerita tersebut menggunakan tingkatan bahasa yang lebih halus, ketimbang dengan
bahasa yang digunakan untuk hewan, tumbuhan atau sesama manusia yang
berkarakter rendah atau dalam tingkatan sama.
Di
Bali terdapat tingkatan-tingkatan bahasa yang disebut dengan Sor Singgih Bahasa Bali. Berdasarkan tatacara pembentukan
anggah-ungguhing basa Bali, maka yang paling mendasar untuk dipahami dalam
ussaha meningkatkan kemampuan berbicara dengan bahasa Bali adalah perbedaan
rasa bahasa kata-kata bahasa Bali. Berdasarkan rasa bahasanya kata-kata bahasa
Bali dapat dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) kata alus; (2) kata mider; (3)
kata andap; dan (4) kata kasar. (dalam http://julianatamanbali.blogspot.co.id/2012/02/anggah-ungguhing-basa-bali.html)
1.2.Rumusan
Masalah
Apa
yang menjadi rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan di jawab dalam
pembahasan nanti. Untuk itu beberapa pertanyaan yang diajukan adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah ringkasan dari cerita I Penyu Metaluh
di Biase?
b. Apakah ada kata-kata dalam cerita I Penyu Metaluh di
Biase yang mengandung Sor Singgih?
1.3.
Landasan Konsep
Berikut
beberapa teori tentang tingkatan Bahasa Bali atau Sor Singgih Bahasa Bali tersebut:
1.3.1.
Basa alus
singgih
Kata Alus Singgih adalah kata alus yang pada
umumnya digunakan untuk menghormati seseorang yang patut dihormati. Menurut
Tinggen (dalam Sor Singgih Basa Bali : 3) Basa Alus singgih mangge ri tatkala matur-aur majeng ring wangsa sane
tegehan utawi ring janma sane patut jungjungang/singgihang. Kedua pendapat
tersebut memiliki kesamaan makna yakni bahasa menjunjung orang yang patut
dijunjung.
1.3.2.
Basa alus sor
Basa alus sor mangge ngandapang raga ri kala
matur-atur ring wangsa sane tegehan utawi sane patut singgihang (Tinggen : 4).
Basa alus sor adalah kata alus yang dapat digunakan untuk merendahkan diri
ketika berbicara dengan orang yang lebih tinggi atau orang yang kita hormati.
1.3.3.
Basa alus madia
Basa
alus madia merupakan tingkatan bahasa halus yang menengah. Menurut Tinggen
(dalam Sor Singgih Bahasa Bali:4) basa
alus madia, marupa basa Bali alus sane wirasanipun tengah-tengah, dados mangge
marep ring wangsa tegehan, sesamen triwangsa miwah wangsa andapan sane patut
jungjungang, artinya tingkatan bahasa alus madia berupa tingkatan Bahasa Bali
halus yang dalam tingkatan menengah, boleh dinggunakan untuk orang lebih
tinggi, sesama triwangsa dan orang yang lebih rendah yang patut dihormati.
1.3.4.
Basa alus mider
Merupakan
bahasa alus dalam tingkatan bahasa yang tidak ada kata yang menyamainya dalam
tingkatan bahasa lainnya. Basa alus mider marupa basa alus sane ngiras
kagunanipun ri ala mebabaosan marep ring wangsa sane teghan utawi ring wangsa
andapan sane patut jungjungang (Tinggen:4).
1.3.5.
Basa kepara
Bahasa
ini merupakan tingkatan paling bawah dalam tingkatan bahasa, karena tergolong
kasar dan tidak menghormati orang lain. Bahasa ini digunakan ketika orang marah
atau sedang bertengkar, tidak baik digunakan dalam sehari-hari. Mungkin saja
dapat membuat salah pengertian oleh orang lain ketika menggunakan bahasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sinopsis
Cerita/Ringkasan I Penyu Metaluh di Biase
Cerita ini dimulai dari percakapan Ida Sang
Prabu Airlangga untuk meminta Mpu Bharadah ke bali bertemu ayah beliau. Tujuan
dari pertemuan tersebut ialah meminta restu untuk putra dari Ida Sang Prabu
Airlangga untuk tinggal di Bali. Namun ketika Mpu Bharadah dalam perjalanan ke
Bali ada rintangan dalam perjalan tersebut.
Kemudia
Mpu Kuturan sudah mengetahui bahwa kedatangan anaknya. Kemudian beryogalah Mpu
Kuturan agar memudahkan Mpu Bharadah dalam perjalanan tersebut. Awalnya air
laut memenuhi goa tempat beryoganya Mpu Kuturan, sekejap surut dengan yoga
beliau. Disanalah terjadi percakapan antara Mpu Kuturan dan Mpu Bharadah.
Mpu
Bharadah membawa tiga butir telur untuk Mpu Kuturan, dipakailah untuk bermain
tebak-tebakan telur tersebut dengan posisi telur yang diatas dan di bawah.
Dimana Mpu Bharadah mengira telur yang diatas akan menjadi naga, kemudia Mpu
Kuturan menganggap telur yang di bawah menjadi bedawang (penyu). Ternyata benar
dugaan Mpu Kuturan, Mpu Bharadah pun duka, mengutuk penyu tersebut agar tidak
bisa bertelur di air dan tidak bisa mengerami telurnya sendiri.
2.2.Sor
Singgih Bahasa Bali Pada Cerita I Penyu Metaluh di Biase
2.2.1.
Basa Alus
Singgih
Beberapa
kata yang termasuk dalam cerita I Penyu Metaluh di Biase adalah sebebagai
berikut:
a.
Ida sang diambil dari kata: dugase pemadegan Ida Sang Perabu
Airlangga (dalam PMDB, Dalu : 7 -
11 )
b.
Kajanaloka diambil dari kata: sampun kejanaloka di jagate (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.
Ngentosin diambil dari kata : Jagi ngentosin keraton ida (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
d.
Idane diambil dari kata: ring rakan idane (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.
Keadegang diambil dari kata: jagi keadegang agung ring tanah
bali (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
2.2.2.
Basa alus sor
Berikut
kata yang termasuk dalam tingkata alus sor:
a.
Tangkil diambil dari kata: tangkil
ring rakan idane (dalam PMDB, Dalu : 7 -
11 )
b.
Metaken diambil dari kata:Empu
Kuturan Metaken ring Empu Bharadag (dalam
PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.
Mapesengan diambil dari kata: sane
Mapesengan Jayengrane (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
d.
Kayun diambil dari kata: Sane
alitan kayun idane jagi kaadegang(dalam
PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.
Lunga diambil dari kata:
mangda lunga ke Bali (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
2.2.3.
Basa alus madia
Dalam
tingkatan bahasa yang menengah, dalam cerita tersebut ditemukan beberapa kata
sebagai berikut:
a.
Sampun diambil dari kata:
sampun kajanaloka di jagate (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
b.
Jagate diambil dari kata:
Kejanaloka di jagate (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
c.
Kekalih diambil dari kata:
maduwe puta kekalih (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
d.
Miwah diambil dari kata:
Jayengrana miwah Javanegara (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
2.2.4.
Basa alus mider
Beberapa
kata alus mider dalam cerita Penyu Metaluh di Biase, sebagai berikut:
a.
Ring diambil dari kata:
Agung ring tanah bali (dalam PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.
Meluab diambil dari kata:
toyan segarane meluab nyantos bek (dalam
PMDB, Dalu : 7 - 11 )
c.
Guane diambil dari kata:
Meluab nyantos bek guane (dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
d.
Naga diambil dari kata:
Pacang dadi naga (dalam PMDB, Dalu : 7 -
11 )
e.
Paswecan diambil dari kata: jaga
nunas paswecan Ida Empu Kuturan (dalam
PMDB, Dalu : 7 - 11 )
2.2.5.
Basa kepara
Bahasa
kepara dalam cerita Penyu Metaluh di Biase ditemukan sebagai berikut:
a.
Tusing diambil dari
kata: (dalam
PMDB, Dalu : 7 - 11 )
b.
Dadi diambil dari kata:
pacang dadi naga(dalam PMDB, Dalu : 7 -
11 )
c.
Siduur diambil dari kata:
taluhe ane paling siduur(dalam PMDB,
Dalu : 7 - 11 )
d.
Sajan diambil dari kata:
sajan lekad lantas taluh dadi bedawang (dalam
PMDB, Dalu : 7 - 11 )
e.
Ento diambil dari kata: taluhe ento bakal dadi bedawang dalam PMDB, Dalu : 7
- 11 )
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Adapun
beberapa simpulan dari pembahasaan yang telah dibuat yakni sebagai berikut:
1. Dalam penulisan cerita ternyata tingkatan bahasa
tersebut tetap digunakan, hal ini memudahkan pembaca mengetahui isi karakter
cerita tersebut. Bagi karakter yang menggunakan bahasa yang tinggi, tingkatan
bahasa yang tinggi berarti karakter tersebut termasuk dalam karakter yang
tinggi pula, begitu juga sebaliknya.
2. Cerita Penyu Metaluh di Biase mengandung isi cerita
dimana orang yang sudah kecewa akan dapat melalukan apapun demi melampiaskan kekecewaannya
tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa Mpu Bharadah mengutuk penyu agar tidak bisa
mengerami telurnya dan tidak bisa bertelur di dalam air.
3.2.Saran
Cerita
merupakan cara untuk menanamkan karakter yang baik pada diri seseorang. Tidak
ada cerita yang menceritakan bahwa kejahatanlah yang menang, atau karakter yang
bodohlah yang lebih berkarakter tinggi. Untuk itu baik sekali jika
cerita-cerita Bali tersebut kita lestarikan, sebagai wahana untuk pembentukan
karakter yang baik, sesuai dengan apa makna yang terkandung dalam cerita Bali
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dalu, I Buyut. 2009. Penyu Metaluh di Biase. Denpasar : CV.
KAYUMAS AGUNG
Tinggen, I Nengah. 1994. Sor Singgih Bahasa Bali. Denpasar :
RHIKA DEWATA
LAMPIRAN
1.
Penyu Metaluh di
Biase
Dugase
pemadegan Ida Sang Perabu Airlangga di panegara Medang Kamulan, Ida maduwe
Bagawanta sane sampun kajanaloka di jagate, sane mapesengan Empu Bharadah. Ida Empu Bharadah
sampun ngasorang Calonarang wiadin Walunateng Dirah (Girah). Sawireh Ida Sang
Perabu maduwe putra kekalih sane mapesengan Jayengrana miwah Javanegara sane
jagi ngentosin Keraton Ida.
Sane
alitan kayun idane jagi kaadegang agung ring tanah Bali. Punika makawinan Ida
Sang Prabu ngutus Ida Empu Bharadah mangda lunga ke Bali Tangkil ring rakan
idane sane mapasihin Empu Kuturan magenah ring Silayukti, jaga nunas paswecan
Ida Empu Kuturan mangdane putran Ida Sang Prabu kaicen madeg di Bali. Ida Empu
Bharadah ngalinggihin don keluih, done ento satsat jukung idane raris tedun
ring Kapurancak. Gelisan satua saking Kapurancak ngeraris ida ke Silayukti. Ri
sepengrawuh ida ring Silayukti raris kagoda rakan idane nanging Ida Empu
Kuturan sampun uning sepengrawuh arin ida. Daweg punika toyan segarane meluab
nyantos bek guane. Nanging Ida Empu Kuturan teleb ngemegehan yoga samadi,
lantas yeh pasihe ento hilang uli di guane. Ngeraris ngogjoh Ida Empu Bharadah
tangkil ring rakan idane.
Gelisan
satua kemanggihin ida taluh tetelu. Taluhe ento lantas anggen ida sareng kalih
macecimpedan. Mangkin Ida Empu Kuturan mataken ring arin ida, untuk panadian
taluhe ane paling siduur. Kasaurin antuk ida Empu Bharadah, “taluhe punika
pacang siduur dadi naga”. Mangkin Empu Bharadah metaken ring rakan ida. “unduk
taluhe ane paling sibeten?”. Kasaurin antuk Ida Empu Kuturan, “taluhe ento
bakal dadi bedawang”. Sajan lekad lantas taluhi ento dadi bedawang. Ento
karanane duka Ida Empu Bharadah, kapastu lantas bedawang ento apang tusing dadi
mataluh di yeh tur tusing bisa ngeem taluh.
LAMPIRAN 2.
Penyu Bertelor
di Pasir
Ketika
Ida Sang Prabu Airlangga menjadi raja di panegara Medang Kamulan, beliau
memiliki Bagawanta yang sudah terkenal di mancanegara, yang bernama Empu
Bharadah. Beliau sudah mengenalkan Calonarang atau Walunateng Dirah (Girah).
Karena prabu memiliki dua putra, yang bernama Jayengrana jan Javanagara yang
menunggu kraton beliau.
Putra
yang lebih kecil akan diberikan kedudukan di tanah bali. Itulah kenapa sang
prabu mengutus Ida Empu Bharadah untuk ke Bali meminta restu terhadap Empu
Kuturan. Empu Bharadah ke Bali menggunakan Daun sebagai perahunya, sampailah
beliau di kapurancak kemudian ke Silayukti. Kemudian di silayukti beliau
mendapat godaan tetapi Empu Kuturan sudah mengetahui hal tersebut. Beryogalah
Empu Kuturan sehingga halangan tersebut.
Empu
Bharadah memberika tiga butir telur dalam pertemuan tersebut, telur tersebut
dipakai tebak-tebakan. Bertanyalah Empu Kuturan kepada Empu Bharadah tentang
telur yang paling atas. Empu Bharadah menjawab “telur tersebut akan menjadi
naga”. Bertanyalah Empu Bharadah kepada
Mpu Kuturan untuk telur yang paling bawah, dijawab oleh Empu Kuturan telur
tersebut akan menjadi Penyu, benarlah terjadi Penyu. Empu Bharadah duka
kemudian di kutuklah agar penyu tersebut tidak bisa mengerami telurnya dan
bertelur di pasir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar