“TAJEN”
TRADISI SABUNG AYAM
DALAM
MASYARAKAT HINDU DI BALI
OLEH KELOMPOK 5
HARI KRISNA
I PUTU SUMARTANA
KETUT BUDIARTA
KETUT ARTANA
MULIADI
IDA AYU GEDE SHINTA VINA DEWI
ANAK AGUNG NOVI PRADNYAWATI
FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2015
KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah “TAJEN TRADISI SAMBUNG AYAM
DALAM MASYARAKAT HINDU DI BALI”.
Penyeselesaian makalah ini dibantu oleh banyak pihak,
oleh karenanya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu. Karena tampa bantuan pihak tersebut penulisan ini mungkin akan
tidak berjalan seseuai harapan, tidak akan memenuhi hasrat intelektual bagi
para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima
segala bentuk masukan , saran dan kritikannya demi penyempurnaan makalah ini
dan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
generasi muda yang sekarang maupun mendatang.
Om Shantih, Shantih,
Shantih, Om.
Denpasar, Mei
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR........................................................................................ i
DAFTARISI....................................................................................................... ii
BAB I.PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. LATARBELAKANG.......................................................................... 1
B. RUMUSANMASALAH..................................................................... 1
C. TUJUAN.............................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Defenisi
Tentang “Tajen” (Sabung Ayam) .......................................... 2
B. Tajen;
Judi, Budaya, atau Yadnya........................................................ 3
C. Tajen
Pada Masa Lalu dan Kini............................................................ 4
D. Pro
Kontra terhadap Tajen.................................................................... 7
E. Tajen
Menyebabkan Pergeseran Moral Masyarakat.............................. 8
BAB III. PENUTUP.......................................................................................... 11
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11
DAFTARPUSTAKA......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah judi jikatidak ditangani
dengan seriusakan dapat menimbulan berbagaimasalah spiritual, sosial,keamanan
baik untuk pribadipelaku maupun berdampak kepada lingkungan sosial yanglebih
luas.Di Bali judian dalam bentuksabungan ayam, sejak jaman Bali Kuno (abad ke 8
Masehi)telah dikenal. Penjelasantersebut dapat dijumpai dalamprasasto Sukawana
A.I,berangka tahun 804 Śaka (882M), pada prasasti itu dikenaldengan istilah
“blindarah”.Pada prasastri Abang Aberangka tahun 933 Śaka (1011M) disebutkan
tiga“sehet” (makantang tlungprahatan) dan tidak perlu mintaijin kepada
pemerintah.Selanjutnya pada prasastiBatuan tahun 944 Śaka (1022 M)disebutkan bila
mengadu ayamdi tempat suci, tiga sehet tidakdikenakan pajak (I B.Purwita,1978:
9). Namun kini dilingkungan masyarakat Balitelah terjadi pergeseran dariritual
yang bersifat sakral,berubah menjadi judi dengandalih “tabuh rah”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Defenisi Tentang Tajen ?
2. Apakah
tradisi “Tajen”masyarakat Hindu di Baliitu merupakan wujudYadnya, Judi,
atauBudaya?
3. Bagaimana
dampak daritradisi “Tajen” tersebutterhadap moralitasmasyarakat Hindu?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apakah defenisi tentang tajen.
2. Untuk
mengetahui apakahtradisi “Tajen” masyarakatHindu di Bali itu merupakan wujud
Yadnya, Judi, atauBudaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Tentang Tajen
Tajen adalah suatu permainanadu
ayam atau sabung ayamdengan mengikatkan taji padakaki ayamitu sertamengadunya,
sebagai salah satubentuk hiburan yang disertaitaruhan uang. Taruhan uang itusendiri
adalah judi atau dyuta,sedang menyebabkan matinyaayam/mahluk utnuk
kesenangansematamatadidalamajaran AgamaHindu dinamai HimsaKarma yang tidak
baikdilakukan oleh setiap orang yangberusaha untuk mengamalkanDharma.
Tabuh Rah atau tabuhgetih adalah taburan
darahbinatang utnuk persembahandalam upacara Agama (PancaYadnya) sebagaimana
yang telahditetapkan dalam Tattwa - Tattwatentang mpulutukbebanten (sesaji) danbeberapa
Prasasti Bali Kuno.Tentang Tabuh Rah inisesungguhnya rakyat telahmemaklumi dan
melaksanakan sebagaimana mestinya, akantetapi kadangkala pengertianTabuh Rah
disamakan sajadengan pengertian Tajen,sehingga lamakelamaansukardibedakan mana
yang TabuhRah dan mana yang disebutTajen.Sabung ayam atau tajen nyaristak dapat
dilepaskan darikehidupan orang BaliHindu.
Adanya larangan tajen kerenasering
dikaitkan dengan judisejak tahun 1981, dimana acara tajen tak lagi dilakukan secaraterbuka
di wantilan yaitubangunan tradisonal yang umumyang terdapat di desa. Acaratajen
kemudian dilakukansecara sembunyisembunyiolehwarga Bali. Namun Belakangan,
sejak era reformasi acara tajendilakukan untuk penggalangandana.Acara tajen di
Bali sudah dikenal sejak zaman majapahit,konon tajen sangat dekatdengan tradisi
tabuhrah.Sehingga tajen dianggap sebuah proyeksi profan darisalah satu upacara
yadnya diBali yang bernama tabuh rah. Tabuh rah merupakan sebuahupacara suci
yang dilangsungkansebagai kelengkapan saatupacara macaru atau bhutayadnya.
Upacara tabuh rahbiasanya dilakukan dalambentuk adu ayam, sampai salah satu
ayam meneteskan darah ketanah.
Darah yang menetes ketanahdinggap
sebagai yadnya yang dipersembahkan kepada bhuta,lalu pada akhirnya binatangyang
dijadikan yadnya tersebutdipercaya akan mengalami proses peningkatan jiwa
padareinkarnasi selanjutnya menjadibinatang lain dengan derajad lebih tinggi
atau manusia.Matabuh darah binatang denganwarna merah inilah yang konon
akhirnya melahirkan budayajudi menyabung ayam yangbernama tajen. Namun yangmembedakan
tabuh rah dengan tajen adalah, diamana dalamtajen dua ayam jantan diaduoleh
para bebotoh sampai mati, jarang sekali terjadi sapih atauimbang dan
menggunakan mediauang sebagi taruhan. Sedangkan tabuh rah bersifat sakral
danmerupakan bangian daripersyaratan yadnya.
B.
Tajen:
Judi, Budaya atau Yadnya
Dalam
perkembangannya, ritual suci tabuh rah mengalami pergeseran makna. Seni
pertarungan ayam yang seru dan mengasyikan kemudian sering di salah gunakan.
Berbicara tentang tajen dimana, merupakan metamarfosa dari tabuh rah sendiri
memang sulit dipahami apakah termasuk judi murni, budaya (adatistiadat) atau
yadya? Banyak sekali persepsi masyarakat BaliHindu yang memandang bahwa tajen
merupakan, budaya yang tidak bisa dipisahkan dengan tatanan kehidupan
masyarakat Bali, dan ada juga yang memberikan pandangan tajen merupakan
persayaratan dari yadnya. Memang tidak bisa dipungkiri dari sudut pandang
berbagai kalangan masyarakat Bali mengenai tajen antara budaya dan yadnya
(agama) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainya.
Bila kita amati
apabila ada upacarupacara yadya disuatu daerah atau banjarbanjar di Bali, tajen
tak lepas dari kegiatan tersebut, karena tajen merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari sebuah upacara, meskipun terkadang orientasinya bukan hanya
sekedar upacara namun dijadikan sebagai wadah hiburan oleh masyarakat Bali dan
identik dengan sebuah taruhan sebagi bumbubumbu untuk lebih menarik. Secara
logika sebenarnya tabuh rah tidak sama dengan tajen. Tabuh rah adalah bagian
dari upacara agama khususnya dalam upacara pacaruan (bhuta yadya).
Setelah
berabadabad dimana seiring perubahan pola pikir manusia dan budaya tabuh rah
mengalami pergeseran makna dan tujuannya menjadi tajen. Sedangkan tajen yang
kita kenal di msyarakat sekarang ini adalah tajen yang bernuansa judi dan
menjadi sebuah taruhan dengan menggunakn materi atau uang, sehingga tajen yang
sekarang dilakukan masyarakat Bali merupakan perjudian murni bukan yadnya.
Namun, tajen memiliki satukesatuan sudut pandang dari masyarakat bahwa
aktivitas tersebut masih merupakan bagian dari yadnya dan budaya yang ada sejak
terdahulu.
C.
Tajen
Pada Masa Lalu danKini
Tajen sebagai fenomenakultural pada
masa laluterutama diarahkan untuk memenuhi fungsi yadnya, berupatabuh rah,
antara lain tajennyuh (kelapa) dan tajen taluh(telur). Tajen jenis
inidilaksanakansetelah tarikincangkincung,berupa tariandengan sarana tombak dan
keris(kadutan) pada menjelangupacara piodalan selesai. Taridan tajen jenis ini
merupakanekspresi kekerasan dalam bentukpertarungan hingga menangkalahkarena
kekalahan(kematian) pada satu pihak bermakna memberi kemenangan(kehidupan) pada
pihak lain.Perang dan kematian adalahkebutuhan rohani, kebutuhanreligi. Religi
selalu berhubungandengan metakosmos danmenghadirkan yang “yang diluar sana”
itudalam duniamanusia, agar berkahtransenden lebih menghidupkanmanusia.
Pada dasarnya merekajuga tidak menyukai
kematiandan perang. Akan tetapi hidupharus dilakukan seperti itu karena hanya dengan
caraitulah hidup ini dimungkinkan.Dengan demikian kehidupandapat berjalan normal
kembalitanpa tekanan, baik fisikmaupun psikis. Inimengandaikan bahwa setiap
orang termasuk orang Bali dalamdirinya telah terkandung unsur-unsurkekerasan,
bahkanketegangan-keteganganyangsecara normal harus mendapatsaluran pelepasan.
Melaluiupacara keagamaan yang ditautkan
pada kesenian danradisi lainnya rupanya, orangBali memperoleh
penyalurankekerasan dan pelepasanketegangan hidup yang dialamisehari-hari.Itu
sebabnya sabungayam yang pertama senantiasadilaksanakan di areal pura.
Jikadipandang perlu dilanjutkanmaka hal itu diselenggarakan di jabaan pura
dengan tetapdiikat oleh tata krama yangsemestinya berlaku dalam arealpura.
Kalaupun tajen dilaksanakanbukan di
kekeran tempat sucidan dalam konteks upacara(dan umumnya dilaksanakanenam bulan
sekali) makasebelum dilaksanakan sambungayam dapat dipastikan selalu akan
didahului dengan upacarakeagamaan. Setidaknya dalamareal itu akan dipasang
sanggah cucuk yang salah satu maknanyamengingatkan manusia agardalam menjalani
kehidupanyang sarat dengan aspekgambling, senantiasa tetapberada pada koridor
kejujuran,etika, sopansantun,dan halhal lain yangberhubungandengan pemantapan
makna itu.Artinya, sekalipun disadari ada unsur judi yang melekat padapelaksanaan
tabuh rah, tetapiunsur-unsurjudi senantiasadicoba diminimalkan denganproses
ritual dan simbolis.
Sebaliknya, saat ini tajencenderung
dilaksanakansepanjang waktu lepas darikonteks upacara. Jikapundilaksanakan
dalam konteksupacara, acapkali hal itudilaksanakan sebagai kamuflasedari sebuah
upacara tertentu,yang boleh jadi tidak apa-apajika tidak diisi dengan
tajen.Tajen pada masa yang laluumumnya dilaksanakan olehdesa dan atau banjar
adat dengan berbagai prosedur,ketaatan warga untuk mentaatiperarem yang telah
merekarumuskan, percayai, dandijadikan pedoman bertingkahlaku. Jikapun
karenakemampuannya seorang warga diminta mengkoordinasikanpelaksanaan tajen
maka orangitu tetap tunduk pada desa dan banjar adat yang menjadipenanggung
jawab pelaksanaantejen.
Jadi, segala hak dankewajiban yang melekat
padakedudukan sebagai koordinatorpelaksanaan tajen, bukanmerupakan hak dan
kewajiban individu. Belakangan inimalahan tajen acapkalidiselenggarakan oleh
individudan atau kelompok orang denganhakhakdan kewajiban yangdiklaim sebagai
hak individuatau kelompok, lepas dari tanggung jawab desa ataubanjar adat.
Tentu yang lebihmemprihatinkan lagi jika betul adanya sinyalemen keterlibatanoknum
aparat dalampenyelenggaraan tajenmisalnya, dengan meminta hasil satu kali putaran
dari siklusyang disepakati.Pola ini membawa konskuensiyang amat luas secara
sosiologis.Jika pada masa lalu, tajentidak dapat dihindarkanpelaksanaan maupun
unsur judinya, tetapi tajen tetapdapat dikendalikan dan diisolirsecara relatif.
Sirkulasi‘kekayaan’ warga, juga bergerak
di sekitar itu dengan nilai yangrelatif terjangkau. Sebaliknya,dengan network
individu atau kelompok penyelenggara semakinluas, semakin terbuka pulaadanya
kapital ‘asing’ masuk ke dalam tataran ekonomi lokalsehingga keseimbangan
sirkulasiekonomi kerakyatan tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsirekreasi,
releksasi, danpelepasan dari berbagaikesuntukan sebagaimana dinyatakan Geertz tidak
lagidapat dipenuhi, malahanketeganganketeganganbarumulai tercipta.Ketegangan-keteganganitumerupakan
wujud awal darisebuah pertikaian. Dalamupacara keagamaan, justru pertikaian
itulah yang membuatpasangan oposisi.
Pasangan-pasanganitu, bahkanmembentuk
federasi banjar ataudesa pakraman. Namunpasangan-pasanganbanjar ataudesa
pakraman tadi bukandalam arti perkawinan,melainkan pasangan perang.Pasangan
persaingan. Pasangantetap dalam perseteruan. Inimemungkinkan kehidupan
tetapbelangsung.Mereka adalah manusia-manusiaberjasa bagi kelompok.Apabila
benar ini pola pikir yang mendasari kelahiran tajen diBali maka fenomena tajen
itupada prinsipnya sejalan dengan gagasan Jakob Sumardjo tentangmasyarakat yang
membangunbudayanya berdasarkan berpikir pola dua, yakni bahwa hidup itupemisahan.
Hidup itupersaingan; hidup itu konflik;dan konflik itu adalah perang.
Adanyapasangan oposisi semuahal harus
dipecahkan denganmengalahkan salah satu. Jikalau pasangannya kalah, lenyap,
danmati maka hidup dimungkinkan.Kematian satu pihakmemungkinkan pihak lain
ituhidup. Kondisi hidup ini mau takmau harus diterima seperti itu.Hidup itu
pemisahan karenapenyatuan tidak menyenangkan.Dalam masyarakat berpola duajumlah
kelompok sosial bukansemakin menyatu, tetapisemakin terpisah-pisah.Semakinlama
jumlah suku semakin banyak. Bahasa semakinbervarian dan sengajamembedakan diri
dengankelompok lain yang jelas dipandang sebagai pesaingnya.Ini sebabnya
prokontradanpertikaian menjadi warnakehidupan budaya masyarakat.
D.
ProKontraterhadapTajen
Dari
fenomena terurai di atasdalam berbagai diskursusmaupun pembicaraan di
lingkungan masyarakatkebanyakan telah berkembangdua pemikiran utama dalam
menyikapi masalah tajen, yaitusebagai berikut.Pertama , perspektif ini
lebihbertitik tolak dari pemikiranidealismenormatif.Termasukdalam kelompok ini
juga mereka yang menganut paham teologis.Argumentasi mereka adalahtajen berbeda
dengan tabuh rah.
Tajen merupakan
bias darikonsep tabuh rah yangnotabenanya sarat dengannuansa ritual - religius.Tabuh
rah adalah sebuah proses awaldari rangkaian ritualberikutnya. Tabuh
rahberhubungan dengan upayamanusia untuk memeliharahubungan baik dengan
duniabawah, dunia yang memerlukankurban, binatang, dan darahyang langsung
mengalir daritubuh koban. Jadi, tabuh rahberfungsi menetralkan hubunganmanusia
dengan dunia bawah, sebelum menapak dunia tengahdan atas. Oleh karena
tajenmerupakan bias dari konsepsi tabuh rah, dan cendrung telahmenjadi sebuah
game yangmengandung unsur spekulasi dan taruhan dengan harapanmemperoleh
keuntungan makatajen bukanlah sesuatu yangpatut dilestarikan,
melainkansebaiknya diminimalkankeberadaannya.
Penganutpemikiran
ini beranggapan bahwatajen sebagai fenomena judimerupakan ‘candu’ bagimasyarakat.
Ia hanya menjajikan kebahagiaan,membawa orang ke alam hampaudara dan tidak
pernah dapat berdiri dengan tegak. Malahanpandangan yang agak sinisdilontarkan
untuk itu dengan menyatakan bahwa tidak adaorang yang kaya karena judi,tetapi
sebaliknya banyak dijumpai orang menjadi miskindan menderita karena judi.Sebab
itu, judi dalam segalabentuknya harus dihindarkan.Pandangan ini
cendrungberpretensi puritanisme yangdibawa oleh nasionalisme radikal.
Penganut paham
inicenderung khawatir akan petanimiskin, orang yang tidak terdidik mempertaruhkanseluruh
harta mereka dalamgame itu. Mereka juga khawatir terhadap adanya
perilakumenyianyiaanwaktu, padahalsebagai bangsa yang sedang membangun memanfaatkanwaktu
secara baik merupakanawal dari kesuksesan. Dalam pernyataan yang agak
sinis,para penganut paham inikembali melontarkanpernyataan: bagaimana
mungkinkita akan masuk ke dalamsetting global, jika sebagianbesar waktu yang
ada dimanfaatkan hanya untukmemelihara jago danmengadunya?Kedua , kelompok ini
disebut dengan emperismepragmatiskarena argumentasi yangdilontarkannya
senantiasa berdimensi empiris danpragmatis. Bagi mereka tajenadalah sebuah
wadah bagi orang Bali dalam mengekspresikanberbagai emosi dan sebagaiperwujudan
karakter mereka.
Tajen sebagai sesuatu
fakta, iaada dan tidak mungkindinisbikan hanya oleh kekuasaan birokrasi,
terlebih hal itumerupakan keinginanmasyarakat. Dalam proseshistoris, sekalipun
pada masapemerintahan Belanda danRepublik, tajen dilarang tohdalam kenyataannya
tajen tetap ada dan semakin semaraksaja.Tajen tidak saja telahmemungkinkan
tumbuh dan berkembangnya sektor informaldalam arena pertandingan jago,seperti
saya, tukang taji, pekembar, dan sebagainya;tetapi ia telah mampu
memberikehidupan bagi lingkungan yang lebih luas di luar arena. Dalamaspek
emperis, terbukti terdapatbanyak infrastruktur desa yang dibangun dari hasil
tajen, tidakterbatas hanya pada bangunansekuler, tetapi juga bangunan yang disucikan.
Oleh karena
itu,menisbikan tajen sama artinyadengan tidak mau tahu dengankenyataan yang
ada. Malahanpara penganut paham inimenyatakan: mengapa kita harus takut dengan
judi,bukankah hidup kita inisesungguhnya sebuah permainanatau gambling!.
E.
Tajen
MenyebabkanPergeseran Moral Masyarakat
Dari
jaman dulu tajen sulitdipisahkan dari masyarakatBali, karena selalu dikaitkan
dengan upacara agama. Tajenmerupakan bagian dari acararitual keagamaan tabuh
rah atau perang sata dalammasyarakat Hindu di Bali. Yangmana tabuh rah ini
mempersyaratkan adanya darahyang menetes sebagai symbol/syarat menyucikan
umatmanusia dari keserakahanterhadap nilainilaimaterialistis dan duniawi.
Tabuhrah juga bermakna sebagai upacara ritual Bhuta Yadnyayang mana darah yang
meneteske bumi disimbolkan sebagaipermohonan umat manusiakepada Ida Sang Hyang
WidhiWasa agar terhindar darimarabahaya.
Tetapi, bagi
sebagian besar orangtajen telah dijadikan sebagaimedia mengadu nasib untuk
mengadu keberuntungan. Tetapibanyak juga yang menjadikantajen sebagai sarana
hiburan khususnya bagi kalangan yangberduit karena mereka ke tajenhanya untuk
mencari kesenangan saja dan samasekali bukan untuk mencarikemenangan dalam
bentuk uang. Jika dilihat saat ini tajen tidaklagi sesuai dengan realitasjaman
dulu yang menganggaptajen sebagai sebuah ritualdalam upacara agama yangdisebut
dengan tabuh rah.Namun sekarang tajen lebih identik dengan judi yangmenyebabkan
berbagaipergeseran moral dalammasyarakat.
Pergeseran moral
yang dimaksuddalam masyarakat ini seperti,banyak masyarakat yang jatuh miskin sampai-sampaiada
yangmenjual tanahnya untuk biasbermain tajen. Kejahatan seperti perkelahian,
kerusuhan,KDRT pun sering terjadi akibatadanya tajen. Seperti, yang terjadi di masyarakat
Bali saatini, banyak para ibu rumahtangga yang mengalami kekerasan oleh sang suami.
Inidisebabkan karena sang suamiyang sering ke tajen mengalami kekalahan dan akhirnyadilampiaskan
di rumah terutamakepada sang istri. Pelampiasan ini dapat berupa tekanapsikologis,
pemukulan dansebagainya. Bahkan kekerasan dalam rumah tangga ini sampaimerembet
ke keluarga sang istriyang tidak terima oleh perlakuan sang suami.
Akhirnyapertengkaran
antar dua pihakkeluarga pun bias terjadi.Fakta lainnya, tajenmenyebabkan
beberapa anggotamasyarakat menjual tanahnya.Namun apa daya, uang hasilpenjulan
yang seharusnya dapatlebih bermanfaatmalahdihabiskan di arena tajen. Akhirnya uang
yang diharapkanbisa membuat si bebotoh 9orngyang bermain tajen) menjadi kaya tersebut
malah sebaliknya,membuat ia mengalamikemiskinan. Masalah seperti ini, mungkin terjadi
karena hobiseseorang terhadap bermaintajen yang terlalu berlebihan atau kerenaberhutang
yangcukup besar kepada salah satutemannya saat bermain tajen.
Tajen juga menyebakanperkelahian
atau kerusuhanantar dua kelompok banjar bahkan desa. Ini bisa terjadi,karena
masyarakat yangbermain tajen dalam satu arenatersebut bukan cuma dri satubanjar
atau desa saja bahkandari lain banjar atau desa. Halhalseperti ini harus
segeradisadari oleh masyarakatmaupun pemerintah. Masyarakatperlu mengingat
kembali bahwasebenarnya tajen/judi itu tidakbaik bagi siapapun yangmelakukannya.
Karena agamamanapun tidak ada yangmengajari judi tersebut.Pemerintah pun harus
segera mengantisipasi atau membuatperaturan untuk melarangadanya tajen yang
sudah kelewatan batas ini. Denganbegitu, pergeseran moralmasyarakat yang
disebabkanoleh adanya tajen tersebut bisadiminimalisir dan tidak akanada lagi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian itu dapatkami simpulan, bahwa tajenmerupakan bias dari konsep tabuh rah.
Sebagai suatu gameyang mengandung spikulasi danharapan untung rugi, tajen
hendaknya dikembalikan kepadakonsepsi dasar, yaitu tabuh rah– sebuah sarana
persembahan kepada Tuhan dalam rangkamemelihara hubungan harmonisdengan tuhan,
alam, dan manusia. Artinya, saat ini telahterjadi pergeseran maknasabungan ayam
padamasyarakat Bali, dari memenuhi fungsi ritual, sosial, emosional kearah
fungsi spekualisi dan judi.
B.
SARAN
Setelah
membuat makalah inidiharapkan masyarakat Hindu khususnya di Bali agar memahami
peran tajen sebagai rangkaian upacarayadnya dan tidak di salahgunakan ke arah
yang berbauperjudian.Selain itu, kita sebagai manusia yang beradap dapat lebih
mengasihi terhadap ayam – ayam tersebut, karena kalau saja Ia bisa bicara
mereka kan menolok untuk diadu seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cakrawayu.org/artikel/8gurusukarma/62tajendalammasyarakatbali.html/29042014
ayam jago bangkok
BalasHapusaduan ayam di kota makasar paling keren
BalasHapusArtikel ayam anda berhubungan dengan artikel sabung ayam ini https://pemainayam.net/warna-bulu-ayam-bangkok-pukul-mati-2019-rekomendasi/
BalasHapusCiri Ciri Sabung Ayam Peru Asli Dan Kelebihannya
6 Jenis Taji Yang Paling Di Cari Karena Keunikan Dan Kelebihannya
Beberapa Ciri-Ciri Sisik Kaki Ayam Aduan Pembunuh Dan Mematikan
Permainan Sabung Ayam Online di Agen BOLAVITA , dengan minimal deposit hanya Rp 25.000 saja , dan minimal betting hanya Rp 10.000 saja sudah bisa mainkan permainan Sabung Ayam
BalasHapushttp://agensabungayam.logdown.com/post/7861553-sabung-ayam-bali-tradisi-yang-telah-bercampur-dengan-judi
Produk Kami Judi Sabung Ayam Online S128, SV388.
https://www.sateayam.pro/
https://m1.hj128.pw
Daftar Sabung Ayam sv388
Daftar Sabung Ayam Online S128
Agen Sabung Ayam Online Bolavita Banyak Bonus dan Promo Mari Bergabung :
Promo Sabung Ayam Terbaru 8x Win Beruntun.
Bolavita Bisa Deposit Via OVO & GO-Pay.
Sabung Ayam Deposit Via Pulsa XL & TSEL 25rb.
Promo Promo BOLAVITA
Telegram : +62812-2222-995
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita
PROMO SPESIAL SABUNG AYAM ONLINE !
BalasHapusNikmati Promo Spesial Bonus 100% Khusus untuk Taruhan Sabung Ayam Onlie yang di siarkan secara Live (Langsung) dari Arena yang ada di Negara Filipina !
Pertandingan di liput secara live oleh kru proffesional dari Laga Tournament yang di adakan di negara tersebut ! Minimal Deposit hanya IDR 50.000,- Dan Untuk Taruhannya minimal IDR 20.000,- Saja
Dapat di tonton melalui Aplikasi Khusus yang dapat di download dan di Instal di Smartphone Android / iOS kesaangan anda !
Download Aplikasi Sabung Ayam Livenya sekarang juga ! Klik Di sini !
Tersedia :
» Sabung Ayam S128
» Sabung Ayam SV388
Menerima Transakdi Deposit & Withdraw Menggunakan OVO | GOPAY | LINKAJA | DANA | PULSA dan SEMUA JENIS REKENING BANK DI INDONESIA.
Untuk Informasi selengkapnya, Hubungi Kontak Cs kami yang online 24 Jam dibawah ini :
» Nomor WhatsApp : +62812-2222-995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
#sabungayam #aduayam #lagaayamonline #linkaja #aduayamfilipina #ayamonline #aduayamlive #lagaayamlive #gopay #ovo #linkaja88 #pulsa #bca #bri #bni #mandiri #permata #cimbniaga #danamon