Senin, 03 Oktober 2016

“TAJEN” TRADISI SABUNG AYAM DALAM MASYARAKAT HINDU DI BALI

“TAJEN” TRADISI SABUNG AYAM
DALAM MASYARAKAT HINDU DI BALI



OLEH KELOMPOK 5
HARI KRISNA
I PUTU SUMARTANA
KETUT BUDIARTA
KETUT ARTANA MULIADI
IDA AYU GEDE SHINTA VINA DEWI
ANAK AGUNG NOVI PRADNYAWATI





FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2015


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
            Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah “TAJEN TRADISI SAMBUNG AYAM DALAM MASYARAKAT HINDU DI BALI”.
            Penyeselesaian makalah ini dibantu oleh banyak pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Karena tampa bantuan pihak tersebut penulisan ini mungkin akan tidak berjalan seseuai harapan, tidak akan memenuhi hasrat intelektual bagi para pembaca.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk masukan , saran dan kritikannya demi penyempurnaan makalah ini dan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya generasi muda yang sekarang maupun mendatang.
Om Shantih, Shantih, Shantih, Om.

Denpasar, Mei 2015
Penulis


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................   i
DAFTARISI.......................................................................................................   ii
BAB I.PENDAHULUAN.................................................................................   1
       A.   LATARBELAKANG..........................................................................   1
       B.    RUMUSANMASALAH.....................................................................   1
       C.    TUJUAN..............................................................................................   1

BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................   2
       A.   Defenisi Tentang “Tajen” (Sabung Ayam) ..........................................   2
       B.    Tajen; Judi, Budaya, atau Yadnya........................................................   3
       C.    Tajen Pada Masa Lalu dan Kini............................................................   4
       D.   Pro Kontra terhadap Tajen....................................................................   7
       E.    Tajen Menyebabkan Pergeseran Moral Masyarakat..............................   8
      
BAB III. PENUTUP..........................................................................................   11
       A.   Kesimpulan...........................................................................................   11
       B.    Saran.....................................................................................................   11

DAFTARPUSTAKA.........................................................................................   12



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Masalah judi jikatidak ditangani dengan seriusakan dapat menimbulan berbagaimasalah spiritual, sosial,keamanan baik untuk pribadipelaku maupun berdampak kepada lingkungan sosial yanglebih luas.Di Bali judian dalam bentuksabungan ayam, sejak jaman Bali Kuno (abad ke 8 Masehi)telah dikenal. Penjelasantersebut dapat dijumpai dalamprasasto Sukawana A.I,berangka tahun 804 Śaka (882M), pada prasasti itu dikenaldengan istilah “blindarah”.Pada prasastri Abang Aberangka tahun 933 Śaka (1011M) disebutkan tiga“sehet” (makantang tlungprahatan) dan tidak perlu mintaijin kepada pemerintah.Selanjutnya pada prasastiBatuan tahun 944 Śaka (1022 M)disebutkan bila mengadu ayamdi tempat suci, tiga sehet tidakdikenakan pajak (I B.Purwita,1978: 9). Namun kini dilingkungan masyarakat Balitelah terjadi pergeseran dariritual yang bersifat sakral,berubah menjadi judi dengandalih “tabuh rah”.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa Defenisi Tentang Tajen ?
2.    Apakah tradisi “Tajen”masyarakat Hindu di Baliitu merupakan wujudYadnya, Judi, atauBudaya?
3.    Bagaimana dampak daritradisi “Tajen” tersebutterhadap moralitasmasyarakat Hindu?

C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui apakah defenisi tentang tajen.
2.    Untuk mengetahui apakahtradisi “Tajen” masyarakatHindu di Bali itu merupakan wujud Yadnya, Judi, atauBudaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Tentang Tajen
Tajen adalah suatu permainanadu ayam atau sabung ayamdengan mengikatkan taji padakaki ayamitu sertamengadunya, sebagai salah satubentuk hiburan yang disertaitaruhan uang. Taruhan uang itusendiri adalah judi atau dyuta,sedang menyebabkan matinyaayam/mahluk utnuk kesenangansematamatadidalamajaran AgamaHindu dinamai HimsaKarma yang tidak baikdilakukan oleh setiap orang yangberusaha untuk mengamalkanDharma.
Tabuh Rah atau tabuhgetih adalah taburan darahbinatang utnuk persembahandalam upacara Agama (PancaYadnya) sebagaimana yang telahditetapkan dalam Tattwa - Tattwatentang mpulutukbebanten (sesaji) danbeberapa Prasasti Bali Kuno.Tentang Tabuh Rah inisesungguhnya rakyat telahmemaklumi dan melaksanakan sebagaimana mestinya, akantetapi kadangkala pengertianTabuh Rah disamakan sajadengan pengertian Tajen,sehingga lamakelamaansukardibedakan mana yang TabuhRah dan mana yang disebutTajen.Sabung ayam atau tajen nyaristak dapat dilepaskan darikehidupan orang BaliHindu.
Adanya larangan tajen kerenasering dikaitkan dengan judisejak tahun 1981, dimana acara tajen tak lagi dilakukan secaraterbuka di wantilan yaitubangunan tradisonal yang umumyang terdapat di desa. Acaratajen kemudian dilakukansecara sembunyisembunyiolehwarga Bali. Namun Belakangan, sejak era reformasi acara tajendilakukan untuk penggalangandana.Acara tajen di Bali sudah dikenal sejak zaman majapahit,konon tajen sangat dekatdengan tradisi tabuhrah.Sehingga tajen dianggap sebuah proyeksi profan darisalah satu upacara yadnya diBali yang bernama tabuh rah. Tabuh rah merupakan sebuahupacara suci yang dilangsungkansebagai kelengkapan saatupacara macaru atau bhutayadnya. Upacara tabuh rahbiasanya dilakukan dalambentuk adu ayam, sampai salah satu ayam meneteskan darah ketanah.
Darah yang menetes ketanahdinggap sebagai yadnya yang dipersembahkan kepada bhuta,lalu pada akhirnya binatangyang dijadikan yadnya tersebutdipercaya akan mengalami proses peningkatan jiwa padareinkarnasi selanjutnya menjadibinatang lain dengan derajad lebih tinggi atau manusia.Matabuh darah binatang denganwarna merah inilah yang konon akhirnya melahirkan budayajudi menyabung ayam yangbernama tajen. Namun yangmembedakan tabuh rah dengan tajen adalah, diamana dalamtajen dua ayam jantan diaduoleh para bebotoh sampai mati, jarang sekali terjadi sapih atauimbang dan menggunakan mediauang sebagi taruhan. Sedangkan tabuh rah bersifat sakral danmerupakan bangian daripersyaratan yadnya.

B.     Tajen: Judi, Budaya atau Yadnya
Dalam perkembangannya, ritual suci tabuh rah mengalami pergeseran makna. Seni pertarungan ayam yang seru dan mengasyikan kemudian sering di salah gunakan. Berbicara tentang tajen dimana, merupakan metamarfosa dari tabuh rah sendiri memang sulit dipahami apakah termasuk judi murni, budaya (adatistiadat) atau yadya? Banyak sekali persepsi masyarakat BaliHindu yang memandang bahwa tajen merupakan, budaya yang tidak bisa dipisahkan dengan tatanan kehidupan masyarakat Bali, dan ada juga yang memberikan pandangan tajen merupakan persayaratan dari yadnya. Memang tidak bisa dipungkiri dari sudut pandang berbagai kalangan masyarakat Bali mengenai tajen antara budaya dan yadnya (agama) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainya.
Bila kita amati apabila ada upacarupacara yadya disuatu daerah atau banjarbanjar di Bali, tajen tak lepas dari kegiatan tersebut, karena tajen merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari sebuah upacara, meskipun terkadang orientasinya bukan hanya sekedar upacara namun dijadikan sebagai wadah hiburan oleh masyarakat Bali dan identik dengan sebuah taruhan sebagi bumbubumbu untuk lebih menarik. Secara logika sebenarnya tabuh rah tidak sama dengan tajen. Tabuh rah adalah bagian dari upacara agama khususnya dalam upacara pacaruan (bhuta yadya).
Setelah berabadabad dimana seiring perubahan pola pikir manusia dan budaya tabuh rah mengalami pergeseran makna dan tujuannya menjadi tajen. Sedangkan tajen yang kita kenal di msyarakat sekarang ini adalah tajen yang bernuansa judi dan menjadi sebuah taruhan dengan menggunakn materi atau uang, sehingga tajen yang sekarang dilakukan masyarakat Bali merupakan perjudian murni bukan yadnya. Namun, tajen memiliki satukesatuan sudut pandang dari masyarakat bahwa aktivitas tersebut masih merupakan bagian dari yadnya dan budaya yang ada sejak terdahulu.

C.    Tajen Pada Masa Lalu danKini
Tajen sebagai fenomenakultural pada masa laluterutama diarahkan untuk memenuhi fungsi yadnya, berupatabuh rah, antara lain tajennyuh (kelapa) dan tajen taluh(telur). Tajen jenis inidilaksanakansetelah tarikincangkincung,berupa tariandengan sarana tombak dan keris(kadutan) pada menjelangupacara piodalan selesai. Taridan tajen jenis ini merupakanekspresi kekerasan dalam bentukpertarungan hingga menangkalahkarena kekalahan(kematian) pada satu pihak bermakna memberi kemenangan(kehidupan) pada pihak lain.Perang dan kematian adalahkebutuhan rohani, kebutuhanreligi. Religi selalu berhubungandengan metakosmos danmenghadirkan yang “yang diluar sana” itudalam duniamanusia, agar berkahtransenden lebih menghidupkanmanusia.
Pada dasarnya merekajuga tidak menyukai kematiandan perang. Akan tetapi hidupharus dilakukan seperti itu karena hanya dengan caraitulah hidup ini dimungkinkan.Dengan demikian kehidupandapat berjalan normal kembalitanpa tekanan, baik fisikmaupun psikis. Inimengandaikan bahwa setiap orang termasuk orang Bali dalamdirinya telah terkandung unsur-unsurkekerasan, bahkanketegangan-keteganganyangsecara normal harus mendapatsaluran pelepasan.
Melaluiupacara keagamaan yang ditautkan pada kesenian danradisi lainnya rupanya, orangBali memperoleh penyalurankekerasan dan pelepasanketegangan hidup yang dialamisehari-hari.Itu sebabnya sabungayam yang pertama senantiasadilaksanakan di areal pura. Jikadipandang perlu dilanjutkanmaka hal itu diselenggarakan di jabaan pura dengan tetapdiikat oleh tata krama yangsemestinya berlaku dalam arealpura.
Kalaupun tajen dilaksanakanbukan di kekeran tempat sucidan dalam konteks upacara(dan umumnya dilaksanakanenam bulan sekali) makasebelum dilaksanakan sambungayam dapat dipastikan selalu akan didahului dengan upacarakeagamaan. Setidaknya dalamareal itu akan dipasang sanggah cucuk yang salah satu maknanyamengingatkan manusia agardalam menjalani kehidupanyang sarat dengan aspekgambling, senantiasa tetapberada pada koridor kejujuran,etika, sopansantun,dan halhal lain yangberhubungandengan pemantapan makna itu.Artinya, sekalipun disadari ada unsur judi yang melekat padapelaksanaan tabuh rah, tetapiunsur-unsurjudi senantiasadicoba diminimalkan denganproses ritual dan simbolis.
Sebaliknya, saat ini tajencenderung dilaksanakansepanjang waktu lepas darikonteks upacara. Jikapundilaksanakan dalam konteksupacara, acapkali hal itudilaksanakan sebagai kamuflasedari sebuah upacara tertentu,yang boleh jadi tidak apa-apajika tidak diisi dengan tajen.Tajen pada masa yang laluumumnya dilaksanakan olehdesa dan atau banjar adat dengan berbagai prosedur,ketaatan warga untuk mentaatiperarem yang telah merekarumuskan, percayai, dandijadikan pedoman bertingkahlaku. Jikapun karenakemampuannya seorang warga diminta mengkoordinasikanpelaksanaan tajen maka orangitu tetap tunduk pada desa dan banjar adat yang menjadipenanggung jawab pelaksanaantejen.
 Jadi, segala hak dankewajiban yang melekat padakedudukan sebagai koordinatorpelaksanaan tajen, bukanmerupakan hak dan kewajiban individu. Belakangan inimalahan tajen acapkalidiselenggarakan oleh individudan atau kelompok orang denganhakhakdan kewajiban yangdiklaim sebagai hak individuatau kelompok, lepas dari tanggung jawab desa ataubanjar adat. Tentu yang lebihmemprihatinkan lagi jika betul adanya sinyalemen keterlibatanoknum aparat dalampenyelenggaraan tajenmisalnya, dengan meminta hasil satu kali putaran dari siklusyang disepakati.Pola ini membawa konskuensiyang amat luas secara sosiologis.Jika pada masa lalu, tajentidak dapat dihindarkanpelaksanaan maupun unsur judinya, tetapi tajen tetapdapat dikendalikan dan diisolirsecara relatif.
Sirkulasi‘kekayaan’ warga, juga bergerak di sekitar itu dengan nilai yangrelatif terjangkau. Sebaliknya,dengan network individu atau kelompok penyelenggara semakinluas, semakin terbuka pulaadanya kapital ‘asing’ masuk ke dalam tataran ekonomi lokalsehingga keseimbangan sirkulasiekonomi kerakyatan tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsirekreasi, releksasi, danpelepasan dari berbagaikesuntukan sebagaimana dinyatakan Geertz tidak lagidapat dipenuhi, malahanketeganganketeganganbarumulai tercipta.Ketegangan-keteganganitumerupakan wujud awal darisebuah pertikaian. Dalamupacara keagamaan, justru pertikaian itulah yang membuatpasangan oposisi.
Pasangan-pasanganitu, bahkanmembentuk federasi banjar ataudesa pakraman. Namunpasangan-pasanganbanjar ataudesa pakraman tadi bukandalam arti perkawinan,melainkan pasangan perang.Pasangan persaingan. Pasangantetap dalam perseteruan. Inimemungkinkan kehidupan tetapbelangsung.Mereka adalah manusia-manusiaberjasa bagi kelompok.Apabila benar ini pola pikir yang mendasari kelahiran tajen diBali maka fenomena tajen itupada prinsipnya sejalan dengan gagasan Jakob Sumardjo tentangmasyarakat yang membangunbudayanya berdasarkan berpikir pola dua, yakni bahwa hidup itupemisahan. Hidup itupersaingan; hidup itu konflik;dan konflik itu adalah perang.
Adanyapasangan oposisi semuahal harus dipecahkan denganmengalahkan salah satu. Jikalau pasangannya kalah, lenyap, danmati maka hidup dimungkinkan.Kematian satu pihakmemungkinkan pihak lain ituhidup. Kondisi hidup ini mau takmau harus diterima seperti itu.Hidup itu pemisahan karenapenyatuan tidak menyenangkan.Dalam masyarakat berpola duajumlah kelompok sosial bukansemakin menyatu, tetapisemakin terpisah-pisah.Semakinlama jumlah suku semakin banyak. Bahasa semakinbervarian dan sengajamembedakan diri dengankelompok lain yang jelas dipandang sebagai pesaingnya.Ini sebabnya prokontradanpertikaian menjadi warnakehidupan budaya masyarakat.

D.    ProKontraterhadapTajen
Dari fenomena terurai di atasdalam berbagai diskursusmaupun pembicaraan di lingkungan masyarakatkebanyakan telah berkembangdua pemikiran utama dalam menyikapi masalah tajen, yaitusebagai berikut.Pertama , perspektif ini lebihbertitik tolak dari pemikiranidealismenormatif.Termasukdalam kelompok ini juga mereka yang menganut paham teologis.Argumentasi mereka adalahtajen berbeda dengan tabuh rah.
Tajen merupakan bias darikonsep tabuh rah yangnotabenanya sarat dengannuansa ritual - religius.Tabuh rah adalah sebuah proses awaldari rangkaian ritualberikutnya. Tabuh rahberhubungan dengan upayamanusia untuk memeliharahubungan baik dengan duniabawah, dunia yang memerlukankurban, binatang, dan darahyang langsung mengalir daritubuh koban. Jadi, tabuh rahberfungsi menetralkan hubunganmanusia dengan dunia bawah, sebelum menapak dunia tengahdan atas. Oleh karena tajenmerupakan bias dari konsepsi tabuh rah, dan cendrung telahmenjadi sebuah game yangmengandung unsur spekulasi dan taruhan dengan harapanmemperoleh keuntungan makatajen bukanlah sesuatu yangpatut dilestarikan, melainkansebaiknya diminimalkankeberadaannya.
Penganutpemikiran ini beranggapan bahwatajen sebagai fenomena judimerupakan ‘candu’ bagimasyarakat. Ia hanya menjajikan kebahagiaan,membawa orang ke alam hampaudara dan tidak pernah dapat berdiri dengan tegak. Malahanpandangan yang agak sinisdilontarkan untuk itu dengan menyatakan bahwa tidak adaorang yang kaya karena judi,tetapi sebaliknya banyak dijumpai orang menjadi miskindan menderita karena judi.Sebab itu, judi dalam segalabentuknya harus dihindarkan.Pandangan ini cendrungberpretensi puritanisme yangdibawa oleh nasionalisme radikal.
Penganut paham inicenderung khawatir akan petanimiskin, orang yang tidak terdidik mempertaruhkanseluruh harta mereka dalamgame itu. Mereka juga khawatir terhadap adanya perilakumenyianyiaanwaktu, padahalsebagai bangsa yang sedang membangun memanfaatkanwaktu secara baik merupakanawal dari kesuksesan. Dalam pernyataan yang agak sinis,para penganut paham inikembali melontarkanpernyataan: bagaimana mungkinkita akan masuk ke dalamsetting global, jika sebagianbesar waktu yang ada dimanfaatkan hanya untukmemelihara jago danmengadunya?Kedua , kelompok ini disebut dengan emperismepragmatiskarena argumentasi yangdilontarkannya senantiasa berdimensi empiris danpragmatis. Bagi mereka tajenadalah sebuah wadah bagi orang Bali dalam mengekspresikanberbagai emosi dan sebagaiperwujudan karakter mereka.
Tajen sebagai sesuatu fakta, iaada dan tidak mungkindinisbikan hanya oleh kekuasaan birokrasi, terlebih hal itumerupakan keinginanmasyarakat. Dalam proseshistoris, sekalipun pada masapemerintahan Belanda danRepublik, tajen dilarang tohdalam kenyataannya tajen tetap ada dan semakin semaraksaja.Tajen tidak saja telahmemungkinkan tumbuh dan berkembangnya sektor informaldalam arena pertandingan jago,seperti saya, tukang taji, pekembar, dan sebagainya;tetapi ia telah mampu memberikehidupan bagi lingkungan yang lebih luas di luar arena. Dalamaspek emperis, terbukti terdapatbanyak infrastruktur desa yang dibangun dari hasil tajen, tidakterbatas hanya pada bangunansekuler, tetapi juga bangunan yang disucikan.
Oleh karena itu,menisbikan tajen sama artinyadengan tidak mau tahu dengankenyataan yang ada. Malahanpara penganut paham inimenyatakan: mengapa kita harus takut dengan judi,bukankah hidup kita inisesungguhnya sebuah permainanatau gambling!.


E.     Tajen MenyebabkanPergeseran Moral Masyarakat
Dari jaman dulu tajen sulitdipisahkan dari masyarakatBali, karena selalu dikaitkan dengan upacara agama. Tajenmerupakan bagian dari acararitual keagamaan tabuh rah atau perang sata dalammasyarakat Hindu di Bali. Yangmana tabuh rah ini mempersyaratkan adanya darahyang menetes sebagai symbol/syarat menyucikan umatmanusia dari keserakahanterhadap nilainilaimaterialistis dan duniawi. Tabuhrah juga bermakna sebagai upacara ritual Bhuta Yadnyayang mana darah yang meneteske bumi disimbolkan sebagaipermohonan umat manusiakepada Ida Sang Hyang WidhiWasa agar terhindar darimarabahaya.
Tetapi, bagi sebagian besar orangtajen telah dijadikan sebagaimedia mengadu nasib untuk mengadu keberuntungan. Tetapibanyak juga yang menjadikantajen sebagai sarana hiburan khususnya bagi kalangan yangberduit karena mereka ke tajenhanya untuk mencari kesenangan saja dan samasekali bukan untuk mencarikemenangan dalam bentuk uang. Jika dilihat saat ini tajen tidaklagi sesuai dengan realitasjaman dulu yang menganggaptajen sebagai sebuah ritualdalam upacara agama yangdisebut dengan tabuh rah.Namun sekarang tajen lebih identik dengan judi yangmenyebabkan berbagaipergeseran moral dalammasyarakat.
Pergeseran moral yang dimaksuddalam masyarakat ini seperti,banyak masyarakat yang jatuh miskin sampai-sampaiada yangmenjual tanahnya untuk biasbermain tajen. Kejahatan seperti perkelahian, kerusuhan,KDRT pun sering terjadi akibatadanya tajen. Seperti, yang terjadi di masyarakat Bali saatini, banyak para ibu rumahtangga yang mengalami kekerasan oleh sang suami. Inidisebabkan karena sang suamiyang sering ke tajen mengalami kekalahan dan akhirnyadilampiaskan di rumah terutamakepada sang istri. Pelampiasan ini dapat berupa tekanapsikologis, pemukulan dansebagainya. Bahkan kekerasan dalam rumah tangga ini sampaimerembet ke keluarga sang istriyang tidak terima oleh perlakuan sang suami.
Akhirnyapertengkaran antar dua pihakkeluarga pun bias terjadi.Fakta lainnya, tajenmenyebabkan beberapa anggotamasyarakat menjual tanahnya.Namun apa daya, uang hasilpenjulan yang seharusnya dapatlebih bermanfaatmalahdihabiskan di arena tajen. Akhirnya uang yang diharapkanbisa membuat si bebotoh 9orngyang bermain tajen) menjadi kaya tersebut malah sebaliknya,membuat ia mengalamikemiskinan. Masalah seperti ini, mungkin terjadi karena hobiseseorang terhadap bermaintajen yang terlalu berlebihan atau kerenaberhutang yangcukup besar kepada salah satutemannya saat bermain tajen.
Tajen juga menyebakanperkelahian atau kerusuhanantar dua kelompok banjar bahkan desa. Ini bisa terjadi,karena masyarakat yangbermain tajen dalam satu arenatersebut bukan cuma dri satubanjar atau desa saja bahkandari lain banjar atau desa. Halhalseperti ini harus segeradisadari oleh masyarakatmaupun pemerintah. Masyarakatperlu mengingat kembali bahwasebenarnya tajen/judi itu tidakbaik bagi siapapun yangmelakukannya. Karena agamamanapun tidak ada yangmengajari judi tersebut.Pemerintah pun harus segera mengantisipasi atau membuatperaturan untuk melarangadanya tajen yang sudah kelewatan batas ini. Denganbegitu, pergeseran moralmasyarakat yang disebabkanoleh adanya tajen tersebut bisadiminimalisir dan tidak akanada lagi.



BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Berdasarkan uraian itu dapatkami simpulan, bahwa tajenmerupakan bias dari konsep tabuh rah. Sebagai suatu gameyang mengandung spikulasi danharapan untung rugi, tajen hendaknya dikembalikan kepadakonsepsi dasar, yaitu tabuh rah– sebuah sarana persembahan kepada Tuhan dalam rangkamemelihara hubungan harmonisdengan tuhan, alam, dan manusia. Artinya, saat ini telahterjadi pergeseran maknasabungan ayam padamasyarakat Bali, dari memenuhi fungsi ritual, sosial, emosional kearah fungsi spekualisi dan judi.



B.       SARAN
Setelah membuat makalah inidiharapkan masyarakat Hindu khususnya di Bali agar memahami peran tajen sebagai rangkaian upacarayadnya dan tidak di salahgunakan ke arah yang berbauperjudian.Selain itu, kita sebagai manusia yang beradap dapat lebih mengasihi terhadap ayam – ayam tersebut, karena kalau saja Ia bisa bicara mereka kan menolok untuk diadu seperti itu.






DAFTAR PUSTAKA

http://www.cakrawayu.org/artikel/8gurusukarma/62tajendalammasyarakatbali.html/29042014


5 komentar:

  1. Permainan Sabung Ayam Online di Agen BOLAVITA , dengan minimal deposit hanya Rp 25.000 saja , dan minimal betting hanya Rp 10.000 saja sudah bisa mainkan permainan Sabung Ayam

    http://agensabungayam.logdown.com/post/7861553-sabung-ayam-bali-tradisi-yang-telah-bercampur-dengan-judi

    Produk Kami Judi Sabung Ayam Online S128, SV388.

    https://www.sateayam.pro/
    https://m1.hj128.pw
    Daftar Sabung Ayam sv388
    Daftar Sabung Ayam Online S128

    Agen Sabung Ayam Online Bolavita Banyak Bonus dan Promo Mari Bergabung :

    Promo Sabung Ayam Terbaru 8x Win Beruntun.
    Bolavita Bisa Deposit Via OVO & GO-Pay.
    Sabung Ayam Deposit Via Pulsa XL & TSEL 25rb.

    Promo Promo BOLAVITA

    Telegram : +62812-2222-995
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus
  2. PROMO SPESIAL SABUNG AYAM ONLINE !

    Nikmati Promo Spesial Bonus 100% Khusus untuk Taruhan Sabung Ayam Onlie yang di siarkan secara Live (Langsung) dari Arena yang ada di Negara Filipina !

    Pertandingan di liput secara live oleh kru proffesional dari Laga Tournament yang di adakan di negara tersebut ! Minimal Deposit hanya IDR 50.000,- Dan Untuk Taruhannya minimal IDR 20.000,- Saja

    Dapat di tonton melalui Aplikasi Khusus yang dapat di download dan di Instal di Smartphone Android / iOS kesaangan anda !

    Download Aplikasi Sabung Ayam Livenya sekarang juga ! Klik Di sini !

    Tersedia :
    » Sabung Ayam S128
    » Sabung Ayam SV388

    Menerima Transakdi Deposit & Withdraw Menggunakan OVO | GOPAY | LINKAJA | DANA | PULSA dan SEMUA JENIS REKENING BANK DI INDONESIA.

    Untuk Informasi selengkapnya, Hubungi Kontak Cs kami yang online 24 Jam dibawah ini :

    » Nomor WhatsApp : +62812-2222-995
    » ID Telegram : @bolavitacc
    » ID Wechat : Bolavita
    » ID Line : cs_bolavita

    #sabungayam #aduayam #lagaayamonline #linkaja #aduayamfilipina #ayamonline #aduayamlive #lagaayamlive #gopay #ovo #linkaja88 #pulsa #bca #bri #bni #mandiri #permata #cimbniaga #danamon

    BalasHapus